Perbedaan antara Buddhisme dan Jainisme

Perbedaan antara Buddhisme dan Jainisme

Buddhisme vs Jainisme

Orang terkadang bingung tentang perbedaan antara Buddhisme dan Jainisme. Nah, mereka kemungkinan tidak disalahkan karena kedua agama memiliki beberapa kesamaan sebanyak ada perbedaan utama. Kedua agama juga muncul hampir pada saat yang sama dan di tempat yang sama; India. Bahkan Buddhis menyebut Mahayira (pendiri Jainisme) sebagai orang yang tercerahkan '“seorang kontemporer dari Buddha.

Dalam hal kesamaan, konsep nirvana hampir sama di antara keduanya. Buddha percaya bahwa nirvana adalah keadaan kebebasan. Itu adalah saat makhluk berubah menjadi non-being seperti mengubah sesuatu menjadi tidak ada. Jainisme menyatakan nirvana sebagai keadaan moksha. Makhluk itu cenderung kehilangan identitasnya. Selain itu, kedua agama menekankan praktik meditasi dan yoga. Ini adalah latihan untuk lebih fokus pada diri batin seseorang. Yoga diperlukan agar seseorang dimurnikan dan merasa terbebaskan. Lebih penting lagi, keduanya menyoroti tanpa kekerasan.

Berkenaan dengan perbedaan mereka, perbedaan yang paling utama ada pada pandangan mereka tentang karma. Meskipun kedua agama percaya pada konsep universalitas karma, Jainisme menetapkan bahwa karma bukanlah efek atau hasil dari tindakan orang tersebut. Karma dianggap sebagai zat sejati yang secara bebas mengalir ke seluruh tubuh manusia (jiva). Buddhisme secara konkret percaya bahwa Karmais efek langsung dari tindakan seseorang sendiri.

Kedua agama juga memiliki pandangan yang berbeda tentang jiwa. Jiwa, menurut Jainisme lebih universal. Ini hadir dalam segala hal. Mungkin hal-hal yang hidup dan tidak hidup. Semua elemen di alam semesta, bumi, api, dan air juga memiliki jiwa masing -masing. Buddhisme percaya sebaliknya karena jiwa dikatakan tinggal dalam makhluk hidup hanya seperti hewan dan tumbuhan dan bahwa benda mati tidak memilikinya.

Ketiga, keduanya memiliki interpretasi yang berbeda dengan evolusi setiap orang. Dalam agama Buddha, jiwa akan pergi setelah Nirvana; Yang tersisa adalah individualitas orang yang melewati keadaan ketiadaan. Keadaan ini tak terlukiskan. Untuk Jainisme, jiwa masih terus berkembang setelah Nirvana. Jiwa ini tetap berada dalam bentuk yang paling murni dan berada dalam keadaan tercerahkannya.

Kesimpulan:

· Jainisme percaya bahwa karma bukanlah efek langsung dari tindakan orang tersebut sementara agama Buddha percaya bahwa itu adalah.

· Jainisme percaya bahwa jiwa hadir dalam hal-hal yang hidup dan tidak hidup. Buddhisme percaya bahwa jiwa hanya hadir dalam makhluk hidup.

· Jainisme percaya bahwa jiwa berlanjut bahkan setelah nirvana tetapi agama Buddha percaya bahwa jiwa akan dibubarkan menjadi ketiadaan setelah nirvana.