Perbedaan antara Myanmar dan Burma

Perbedaan antara Myanmar dan Burma

Myanmar adalah negara kecil di Asia Tenggara dengan populasi hampir 55 juta penduduk. Demokrasi muda mengalami perubahan politik, sosial dan ekonomi yang drastis. Negara - dulu dikenal sebagai Burma - secara resmi mengubah namanya menjadi "Myanmar" pada tahun 1989, setelah bertahun -tahun kekacauan internal. Namun, kedua nama terus digunakan dalam konteks yang berbeda.

Nama Burma dipaksakan oleh penjajah Inggris pada tahun 1886 dan sedikit diubah oleh warga Burma untuk menyesuaikan pelafalan bahasa Inggris. Koloni itu menjadi mandiri pada tahun 1948 dan mengubah namanya di “The Union of Burma.”Setelah berakhirnya perang dan pencapaian kemerdekaan, negara ini mengalami kekacauan politik dan sosial yang serius dan berjuang untuk menemukan identitas nasional baru. Junta militer mengambil alih kekuasaan pada tahun 1989 dan menunjuk komisi untuk mengubah nama negara dan ibukotanya. Oleh karena itu, Burma menjadi Myanmar dan Rangoon diubah menjadi Yangoon. Nama -nama itu diubah karena alasan berikut:

  • Myanmar adalah nama resmi dalam bahasa Burma (karena kedua versi tersebut memiliki pengucapan yang sangat mirip dalam bahasa lokal);

  • "Myanmar" diyakini sebagai nama yang lebih inklusif dan komprehensif; Secara khusus, diyakini lebih inklusif untuk minoritas; Dan

  • Militer ingin menghilangkan semua adaptasi nama bahasa Inggris. Mereka percaya bahwa nama "Burma" - yang dipaksakan oleh penjajah Inggris - hanya merujuk pada mayoritas Burma dan memiliki konotasi etnis -supremasi.

Sampai saat ini, nama resmi negara itu adalah "Republik Persatuan Myanmar;" Namun, tidak semua orang menerima nomenklatur baru. Faktanya, sebagian besar negara berbahasa Inggris (i.e. Kanada, Inggris, Amerika Serikat, dll.) tidak pernah mengenali perubahan itu. Dengan demikian, kedua nama terus digunakan, dan diyakini bahwa pilihan menggunakan "Myanmar" daripada "Burma" (dan sebaliknya) sebagian besar tergantung pada konteksnya.

Selama bertahun -tahun, Aung San Suu Kyi - penasihat negara pertama dan petahana dan pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi Myanmar - bersikeras menggunakan "Burma" daripada "Myanmar" sebagai tanda oposisi terhadap junta militer yang mengubah nama itu. Namun, hari ini perdebatan di negara ini telah dihapus, karena negara ini menghadapi masalah yang lebih penting dan mendesak. Di tingkat internasional, PBB dan badan -badan internasional lainnya menggunakan nama "Myanmar," sedangkan surat kabar dan outlet media cenderung menggunakan kedua versi tergantung pada konteksnya - atau bahkan dalam bagian yang sama, karena tidak semua pembaca akrab dengan perubahan tersebut.